ISOLASI
MINYAK ATSIRI (CENGKEH)
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat
minyak atsiri dengan cara penyulingan dan ekstraksi dari cengkeh.
II.
BAHAN
DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan :
·
Seperangkat alat ekstraksi
·
Seperangkat alat distilasi
·
Gelas kimia
·
Gelas ukur
·
Pipet ukur
·
Bola karet
·
Bak penampung es
·
Labu didih
·
Termometer
·
Spatula
·
Neraca analitik
·
Kertas timbang
Bahan yang digunakan :
·
Cengkeh kering
·
Etanol 96 %
·
Batu es
III.
DASAR
TEORI
Distilasi didasarkan pada
pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan
mengembunkan (kondensasi) kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam
suatu bejana penerima. Melalui proses
distilasi kukus inilah minyak atsiri yang terkandung daun cengkeh dapat
diambil. Pemilihan distilasi kukus dalam percobaan ini berdasarkan prinsip
bahwa minyak atsiri bersifat volatil (mudah menguap), sedangkan bagian lain
dari tumbuhan bersifat non-volatil, selain itu minyak atsiri tidak larut di
dalam air, sehingga tidak akan tercampur dan mudah dipisahkan. Hasil distilasi
ini berupa campuran air dan minyak. Minyak yang dihasilkan lebih volatil
dibandingkan dengan daun cengkeh. Minyak atsiri ini mempunyai rasa yang getir
dan tidak hanya terdapat pada daun tumbuhan tetapi juga terdapat pada bagian
kulit, bunga, atau buah. Bau yang khas pada minyak atsiri ini disebabkan
terdapatnya senyawa trans-2-heksenal (aldehida daun).
Distilasi adalah proses
pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen di dalam suatu campuran membuat
suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain.
Apabila uap terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli
campuran, akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen
tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang mudah
menguap, sehingga terjadi pemisahan. Pada distilasi berfraksi, uap dimampatkan
dan kemudian di uapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi. Adalah
sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan komponen yang murni
dengan cara ini, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai
apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Operasi satuan ini bersumber pada
kenyataan bahwa zat-zat cair memiliki tekanan uap yang berbeda-beda pada
temperatur tertentu.
Pada suatu campuran zat cair
yang bersifat mudah menguapnya lebih banyak. Sebaliknya jika komponen yang
mudah menguapnya lebih sedikit. Maka cairan yang tersisa dalam borler akan
lebih banyak (Cook dan Cullen, 1986). Berbagai alkohol, aldehida, keton dan
ester yang mudah menguap atau atsiri terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya
terdapat hanya sedikit sekali. Senyawa ini, walaupun konsentrasinya rendah,
dari segi estetika dan niaga penting oleh karena peran yang diberikannya kepada
citarasa dan bau makanan, bunga, parfum, dan sebagainya. Dari segala jumlah
secara keseluruhan, terpenoid merupakan kandungan citarasa dan bau yang peling
penting dalam tumbuhan. Senyawa trans-2-heksenal sebagian besar menjadi
penyebab bau khas daun yang diremas-remas (Robinson, 1995).
Pada bagian-bagian terdahulu
dijelaskan sifat larutan dari zat terlarut tak atsiri dalam pelarut cair.
Konsep larutan ideal dapat diperluas dari dua atau lebih komponen, yang
keduanya dapat bersifat atsiri. Larutan ideal memiliki tekanan uap yang
berbanding lurus dengan fraksi molnya dalam larutan untuk seluruh kisaran
fraksi mol: Pi = Xi Pi
adalah tekanan uap (pada
suhu tertentu) zat murninya i, Xi adalah fraksi molnya dalam larutan dan Pi adalah
tekanan uap parsial di atas larutan. Ini merupakan generalisasi dari hukum
Raoult untuk setiap komponen larutan (Oxtoby, 2001). Komponen atsiri buah dan
bunga terdapat dalam jumlah yang sangat kecil sehingga diperlukan bahan awal
yang sangat besar jumlahnya untuk mengisolasi senyawa yang memadai untuk
diteliti.
Ada tiga cara umum untuk
mengambil komponen atsiri dari tumbuhan : distilasi, ekstraksi pelarut, dan
pengaliran udara (aerasi). Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah
memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan
kandungan jaringan (Robinson, 1995). Distilasi dilaksanakan dalam praktik
menurut salah satu dari dua metode utama. Metode pertama didasarkan atas
pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan
mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang akan kembali dalam bejana
didih. Jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas pengembalian
sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat
cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang mengalir ke
atas menuju kondensor. Masing-masing, metode ini dapat dilaksanakan dalam
proses kontinu (sinambung) maupun dalam proses tumpak (batch).
Proses-proses kontinu
keadaan-stedi meliputi penguapan parsial satu tahap tanpa refluks (flas
distilations’distilasi kilat’) dan distilasi kontinu dengan refluks
(rektifikasi). Distilasi tumpak yang merupakan proses tak-stedi, penggunaannya
tidaklah sejamak distilasi kontinu dan perhitungannya lebih rumit (Harriot,
1999) Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemilihan
kolom. Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja tahan karat, alumunium atau gelas.
(Agusta, 2000). Kondisi minyak atsiri tertentu tidak selalu dapat memberikan
hasil yang memuaskan jika diterapkan pada minyak atsiri lainnya. Jadi, kondisi
analisis yang cocok sangat bergantung pada komponen minyak atsiri yang akan
dianalisis itu sendiri.
Minyak atsiri yang
didominasi oleh senyawa monoterpara dan fenol sederhana lainnya dapat
memberikan hasil yang memuaskan jika suhu kolom diprogram mulai dari 40/50 C
(Agusta, 2000). Suatu cairan dapat diupakan dengan berbagai cara. Yang paling
mudah memang mendidihkannya sampai semua menguap dan komposisi akhirnya sama
dengan cairan asalnya. Dalam kolom distilasi, suhu menurun dengan ketinggian
kolom. Komponen yang kurang atsiri mengembun dan jatuh kembali dalam labu,
tetapi yang lebih atsiri terus naik ke puncak kolom masuk ke dalam kondensor
air dingin, mengembun dan dikumpulkan dalam wadah penampung (Oxtoby,2001). Bila
suatu campuran dua cairan yang dapat campur didihkan,uap yang lepas dari dalam
cairan biasanya mempunyai susunan yang lebih daripada susunan cairan yang
mendidih. Perilaku yang lazim adalah bahwa uap lebih kaya dengan komponen yang
lebih atsiri.
Dengan mendidihkan sebagian
dari cairan itu dan mengembunkan uapnya, campuran itu dapat dipisahkan menjadi
dua bagian. Uap yang terembunkan disebut distilat (sulingan) dan lebih atsiri
dibandingkan cairan aslinya.cairan yang tertinggal disebut residu dan lebih
kaya akan komponen yang sukar menguap (Keenan, 1992). Distilasi cengkeh bukan
suatu masalah yang mudah. Hasil maupun sifat sifat fisika kimia cengkeh sebelum
dilakukan destilasi (utuh maupun ditumbuk), juga tipe alat/cara distilasi
(distilasi air, distilasi air dan uap, maupun distilasi uap langsung). Bila
cengkeh didistilasi utuh, maka gaya hidrofusi memegang peranan penting, dan
fraksi pertama yang didistilasi khususnya eugenol (Guenther, 1990). Ada tiga
cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan: distilasi, ekstraksi
memakai pelarut, dan pengaliran udara atau aerasi.
Distilasi (atau distilasi
uap) pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian. Distilasi pada tekanan
rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga
menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Jika reaksi oksidasi menimbulkan
masalah, distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan Nitrogen. (Robinson, 1995).
Minyak mudah menguap (atsiri) yang berasal dari bunga cengkeh dengan destilasi
mengandung, sebagai konstituen utamanya adalah eugenol bebas (70-90 Persen),
eugenol asetat, dan kariofillen. Meskipun bahan-bahan tersebut berjumlah sampai
99 persen dari seluruh minyak, ia bukan merupakan bahan yang dapat memberi ciri
berbau buah seperti terdapat pada minyak cengkeh murni menurut penunjukkan
Smith. Bukti sifat tersebut adalah membandingkan suatu campuran antara minyak
cengkeh murni, eugenol asetat dan kariofillen dalam proporsi yang tepat dengan
minyak cengkeh alami. Sebagai penampilan khusus perlu dinyatakan disini bahwa
minyak cengkeh mengandung cukup banyak eugenol asetat sedangkan minyak gagang
dan minyak daun cengkeh terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. (Guenther,
1990).
Konstituen minyak daun
cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa
fendat dan eugenol yang merupakan komponen paling besar. Senyawa ini mudah
diisolasi dengan NaOH dan kemudian dinetralkan dengan asam mineral. Kelompok
kedua mengandung senyawa-senyawa non fenolat yaitu ß-karoifelin, a-kubeben,
a-kopaen, hulumen, - kadien, dan kadina 1,3,5-trien. Semua senyawa
terebut telah dapat diidentifikasi (Hardjono, 2004).
IV.
LANGKAH
KERJA
a. Proses
ekstraksi
· Memperkecil
ukuran cengkeh yang akan digunakan dengan cara menggerusnya menggunakan mortar.
· Menimbang
cengkeh sebanyak 24,4 gram dam memasukkanya kedalam sifon lalu menyumbatnya
dengan menggunakan kapas yang telah di padatkan.
· Memipet
larutan etanol 96 % sebnyak 150 mL ke dalam labu bundar atau labu didih.
· Memasang
rangkaian alat ekstraksi sedemikian rupa dan memasang kondensernya. Memasukkan
siffon yang berisi cengkeh kedalam apparatus sohxlet.
· Melakukan
ekstrkasi sampai 2 jam sehingga memperoleh 10 siklus.
· Menjaga
suhu ekstraksi yaitu pada 78 – 800C.
· Menyimpan
dan mencatat volume hasil ekstaksi dalam labu bundar.
b. Proses
distilasi
· Menyiapkan
sampel hasil ekstraksi untuk didistilasi.
· Merangkai
alat distilasi sedemikkian rupa dan memasang kondensernya serta menyiapakan
penampungan untuk destilat.
· Melakukan
distilasi kurang lebih 1 jam dengan menjaga suhunya yaitu 780C.
· Mengamati
dan mencatat saat tetesan kondensat pertama menetes.
· Menimbang
atsiri yang diperoleh.
V.
DATA
PENGAMATAN
a. Proses
ekstraksi
No
|
Perlakuan
|
pengamatan
|
||||||||||||||||||||
1
|
Menghaluskan
dan menimbang cengkeh kering
|
Berwarna
kecoklatan
|
||||||||||||||||||||
2
|
Memipet
ethanol 41 ml kedalam labu bundar
|
Cairan bening
dengan suhu yang dingin.
|
||||||||||||||||||||
3
|
Memasukkan
siffon berisi cengkeh dalam apparatus sohxlet dan memasang labua bundar
berisi ethanol dengan seperangkat alat ekstraksi lainya dengan sedemikian
rupa.
|
Hasilnya
sempuna.
|
||||||||||||||||||||
4
|
Melakukan
ekstraksi selama 2 jam
|
Diperoleh data
siklus berikut
|
||||||||||||||||||||
5
|
Menyimpan dan
menentukan volume minyak atsiri yang diperoleh.
|
Diperoleh
minyak atsiri sebanyak 115 mL dengan warna kecoklatan yang berbau khas
cengkeh.
|
b. Proses
distilasi
No
|
Menit ke-
|
Distilasi
|
Suhu (0C)
|
1
|
0
|
-
|
-
|
2
|
10
|
menetes
|
78
|
3
|
20
|
Menetes
|
78
|
4
|
30
|
menetes
|
78
|
5
|
40
|
Menetes
|
78
|
6
|
50
|
Tidak menetes
|
78
|
c. Pengolahan
Data
Komponen
|
Jumlah
|
Cengkeh
|
24,4 gr
|
Pelarut
|
150 mL
|
Hasil
-
Hasil ekstraksi
-
destilat
-
Residu
-
Densitas
|
115 mL
83 mL (65,57
gr)
3,4 gr
0,9994 gr/mL
|
Berat siffon
|
4 gr
|
I.
ANALISIS
PERCOBAAN
Setelah
melakukan percobaan dapat dianalisis bahwa dalam pembuatan minyak atsiri dari
cengkeh dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode pertama dengan ekstraksi
dan yang kedua dengan metode distilasi atau penyulingan. Dimana metode
ekstraksi adalah salah satu metode yang merupakan suatu proses pemisahan dari
bahan padat maupun cairan dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus
dapat mengekstrak substansi yang diingingkan tanpa melarutkan materialnya.
Sedangkan
distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatile) baham dalam
penyulingan campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian
didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih rendah
akan terlebih dahulu menguap.
Pada
saat ekstraksi diperoleh 9 siklus, siklus ini terjadi ketika tinggi larutan
yang terekstrak sama dengan larutan yang terdapat didalam sohxlet apparatus,
dan larutan tersebut akan masuk kembali kedalam labu bundar. Siklus pertama
terjadi pada menit ke – 26 dan siklus terakhir terjadi pada menit ke – 119.
Hasil ekstraksi yang diperoleh senyak 115 ml dengan warna kecoklatan dan berbau
khas seperti cengkeh murni.
Pada
saat distilasi tetesan pertama yang jatuh kedalam penampung destilat terjadi
pada menit ke – 10 pada suhu 780C , tetesan terakhir pada menit ke –
40 dengan suhu 780C, dan tidak terjadi tetesan sama sekali pada
menit ke – 50. Destilat yang diperoleh sebanyak 83 ml sedangkan minyak atsiri
yang diperoleh hanya 3,39769 ml, berdasarkan literatur densitas untuk cengkeh
adalag 0.9994 gr/ml.
Hasil
yang diperoleh sangat sedikit, hal ini dapat disebabkan oleh bahan yang
digunakan untuk pembuatan minyka atsiri sudah diolah oleh pabrik, sehingga
kandingan minyak didalamnya berkurang, selain itu waktu pendistilasian terlalu
singkat sehingga mempengaruhi hasil minyak yang diperoleh.
II.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan
dapat disimpulkan bahwa :
a. Suhu yang terlalu tinggi dalam proses distilasi dapat
mengakibatkan tekanan dalam kolom distilasi meningkat yang dapat menyebabkan
pecahnya kolom distilasi.
b. Proses distilasi minyak atsiri pada daun cengkeh seberat 24,4 gram
menghasilkan minyak sebanyak 3,97969 ml
c. Diperoleh massa minyak atsiri cengkeh sebesar 3,4 gram dengan
massa jenis minya 0,9994 gr/mol.
bikinnya dari bunga cengkeh atau daun cengkeh ya... rendamennya jadi berapa persen dong..
BalasHapusdari bunganya
BalasHapusgreat. thanks for the info. mudah2an ilmunya manfaat
BalasHapuspustakanya ambil dimana ya?
BalasHapus