Total Tayangan Halaman

Rabu, 04 Juli 2012

pembuatan etanol gel


ETHANOL GEL

I. TUJUAN PERCOBAAN
            Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan ethanol gel.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
·         Alat yang digunakan :
-        Gelas kimia
-        Gelas ukur
-        Kaca arloji
-        Pipet ukur
-        Bola karet
-        Magnetic stirrer
-        Hot plate
-        Spatula
-        Pengaduk
-        Kertas
-        Botol aquadest
·         Bahan yang digunakan :
-        Ethanol 60 % dan 70 %
-        CMC
-        NaOH
-        Aquadest


III. DASAR TEORI
                        Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar padat parafin yaitu terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak menimbulkan jelaga, tidak menghasilkan gas berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel memudahkan dalam pengemasan dan pendistribusian. Ethanol gel sangat cocok digunakan untuk pemanas pada saat pesta, pada saat berkemah, dan untuk keperluan tentara. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung, seperti kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum, carbopol dan berbagai material turunan selulosa. Untuk pengental jenis carbopol dibutuhkan air untuk membentuk struktur gel yang diinginkan. Pada carbopol, pH sangat berpengaruh dalam pembentukan gel, carbopol terbentuk gel dengan kisaran pH 5-7 dan pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak dengan nilai pH yang berlebih yaitu menggunakan basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat.

Variabel – variabel proses saat pembuatan ethanol gel yang mungkin berpengaruh terhadap karakteristik gel yang dihasilkan antara lain: kadar etanol, jumlah penambahan carbopol, pH campuran dan pengadukan. Karena etanol bersifat asam dan carbopol efektif pada rentang pH 5-7 maka pH campuran dikendalikan dengan penambahan NaOH. Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja. Merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalamkehidupan sehari-hari.

Etanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan etanol dapat berupa ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat mudah ditemukan di Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Di Indonesia, ubi kayu dinilai sebagai sumber karbohidrat yang paling potensial untuk diolah menjadi etanol. Hal ini karena ubi kayu memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dapat diatur waktu panennya serta dapat tumbuh di tempat yang kurang subur. Namun, kadar patinya tergolong rendah (30%) dibandingkan dengan jagung (70%) dan tebu (55%) (Agil,2007).

Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar. Etanol adalah salah satu bahan bakar alternatif (yang dapat diperbaharui) yang ramah lingkungan yang menghasilkan gas emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau sejenisnya. Etanol jelas lebih menguntungkan karena lebih ramah lingkungan dan bahan bakar alternatif yang satu ini dapat
diperbaharui (renewable).
Sifat-sifat fisis etanol (Perry,1984) :
· Rumus molekul : C2H5OH
· Berat molekul : 46,07 gram / mol
· Titik didih pada 1 atm : 78.4°C
· Titik beku : -112°C
· Bentuk dan warna : cair tidak berwarna
· Spesifik gravity : 0,786 pada 20°C
Sifat-sifat kimia etanol (Vogel,1985) :
· Bersifat hidrofob
· Rantai karbon cukup panjang
· Untuk minuman diperoleh dari peragian karbohidrat

Gel
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang terdiri dari massa seperti agar yang rapat dan diisi oleh cairan. Gel terdiri dari dua fase kontinyu yang saling berpenetrasi. Fase yang satu berupa padatan, tersusun dari partikel – partikel yang sangat tidak simetris dengan luas permukaan besar, sedang yang lain adalah cairan (Martin, 1993).

Pembentukan Gel
Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi karena adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan memerangkap sejumlah air didalamnya.
Terjadi ikatan silang pada polimer-polimer yang terdiri dari molekul rantai panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga dimensi yang kontinyu sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu. Gelasi merupakan fenomena yang melibatkan penggabungan, atau terjadinya ikatan silang antar rantai-rantai polimer.
Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan gel yaitu :
1. Teori adsorpsi pelarut
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul-molekul pelarut. Pembesaran partikel terjadi terus menerus sehingga molekul zat telarut yang telah membesar bersinggungan dan tumpang tindih melingkari satu sama lain sehingga seluruh system menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi zat pelarut akan meningkat dengan
makin rendahnya suhu.
2. Teori jaringan tiga dimensi
Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa-senyawa untuk mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya struktur berserat atau terjadinya reaksi di dalam molekul itu sendiri dan membentuk serat. Selama pendinginan serat tersebut membentuk jaringan tiga dimensi. Ikatan yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi kemungkinan merupakan ikatan primer dari gugus fungsional dan ikatan sekunder yang terdiri dari ikatan hidrogen atau dapat juga terjadi antara gugus alkil. Tipe ikatan yang terdapat dalam jaringan tiga dimensi akan menentukan tipe gel yang dihasilkan.
3. Teori orientasi partikel
Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat kecenderungan bagi partikel terlarut dan solven untuk berorientasi dalam konfigurasi yang tertentu melalui pengaruh gaya dengan jangkauan yang panjang, seperti yang terjadi pada kristal. Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda-beda tergantung pada jenis bahan pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda dalam hal jenis dan sifatsifatnya adalah gel yang dibentuk oleh gelatin, suatu jenis protein dan gel yangdibentuk oleh polisakarida.

 Gelling Agent
Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam makanan seperti jeli, makanan penutup dan permen. Bahan ini memberikan teksturmakanan melalui pembentukan gel.Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Untuk membuat ethanol gel dibutuhkan pengental berupa tepung, seperti kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum,carbopol ,HPMC (Hydroxy Propil Methil Cellulose) dan berbagai material
turunan selulosa. Untuk pengental jenis polimer carboxy vinyl seperti carbopol dibutuhkan air untuk membentuk struktur gel yang diinginkan (Tambunan, 2008).
1. Carbopol 940 (Carboksipolimetilen)
Nama lain carbopol adalah acritamer, acrylic acid polymer, carbomer. Dengan rumus molekul (C3H4O2)n. untuk jenis carbopol 940 mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gr/mol dan carbopol ini terdiri dari 1450 monomer (Avinash,2006). Carbopol merupakan salah satu jenis gelling agent digunakan sebagian besar di dalam cairan atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai agentpensuspensi atau agent penambah kekentalan. Digunakan pada formulasi krim, gel dan salep dan kemungkinan digunakan dalam sediaan obat mata dan sediaan topikal lain. Rumus bangun dari carbopol.
Carbopol berwarna putih berbentuk serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. Carbopol dapat larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam, sifat merekatnya rendah.
Carbopol bersifat stabil dan higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Carbopol mempunyai viskositas antara 40.000 – 60.000 cP digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki viscositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening. Carbopol digunakan untuk bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1- 0,5%B, bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0%B, bahan pensuspensi pada konsentrasi 0.5–1.0 % dan bahan perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5 – 10 % (Rowe, et. al.,2003 dalam Puryanto, 2009).
Dalam medium berair, polimer seperti carbopol 940 ini yang dipasarkan dalam bentuk asam bebas, mula mula terdispersi secara seragam. Setelah tidak ada udara yang terjebak, gel dinetralkan dengan basa yang cocok. Muatan negative pada sepanjang rantai polimer menyebabkan polimer tersebut menjadi terurai dan mengembang. Dalam sistem berair, basa sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat dapat digunakan. pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak oleh netralisasi yang tidak cukup atau nilai pH yang berlebih. Amina tertentu seperti TEA biasanya digunakan dalam produk kosmetik (Libermann,1996). Carbopol 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti TEA (trietanolamin) atau diisopropilamin untuk membentuk suatu sediaan semipadat (Lachman, et.al.,1989 dalam Puryanto,2009)

2. Karagenan
Istilah Carrageenan (karagenan) yang pada mulanya digunakan untuk menamakan ekstrak dari Chondrus crispus diambil dari nama desa yang bernama Carraghen yang terletak di pantai selatan Irlandia, flan (kuepastry) dibuat dengan memasak irish moss (spesies alga merah, Chondrus crispus) dengan susu. Saat ini pemanfaatan karagenan tidak hanya terbatas pada industri makanan saja, tetapi juga pada industri-industri lain seperti farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil dan lain sebagainya. Terdapat beberapa definisi karagenan yang umum dipakai karagenan dapat didefinisikan sebagai campuran polisakarida yang mengandung
sulfat yang diekstrak dari alga merah . karagenan adalah nama umum dari golongan polisakarida pembentuk gel dan pengental yang diperoleh secara komersial melalui proses ekstraksi dari
spesies alga merah (Rhodophyceae) tertentu. Karagenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, Kappa: 25%, Iota: 32 % dan Lambda: 35 % . Karagenan dapat membentuk gel dengan baik, sehingga banyak digunakan sebagai gelling agent dan pengental (Suptijah, 2002).

3. HPMC
Nama lain dari HPMC antara lain, hypromellose, methocel, hydroxypropilmethilcellulose, metolose, pharmacoat. Rumus kimia HPMC adalah CH3CH(OH)CH2. HPMC secara luas digunakan sebagai suatu eksipien di dalam formulasi pada sediaan topical dan oral. Dibandingkan dengan metilselulosa, HPMC menghasilkan cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi, dan agen penstabil di dalam sediaan salep dan gel. Sifat merekat dari HPMC apabila sediaan menggunakan bahan pelarut organic cenderung menjadi lebih kental dan merekat, terus meningkatnya konsentrasi juga menghasilkan sediaan yang lebih kental dan merekat. Daya larutnya yaitu dapat larut di dalam air dingin, membentuk satu larutan koloid merekat, pada kenyataannya tidak dapat larut di dalam cloroform, etanol (95%) dan eter, tetapi dapat larut di dalam campuran dari etanol dan dichloromethane, campuran dari metanol dan dichloromethane, dan campuran dari alkohol dan air. Titik gel adalah 50-90 0C, tergantung pada konsentrasi dan nilai material. Hypermellose (HPMC) secara umum diakui sebagai bahan tidak beracun dan non iritasi, walaupun konsumsi oral berlebihan mungkin punya satu efek laksatif.

4. Kalsium Asetat
Kalsium asetat adalah garam dari asam asetat, mempunyai rumus molekul (Ca(CH3COOH)2. Nama IUPAC untuk kalsium asetat adalah kalsium etanoat danmnama lain kapur asetat. Mempunyai bentuk anhidrat dan sangat higroskopis. Jika alcohol ditambahkan kedalam larutan jenuh kalsium asetat maka suatu sediaan semisolid gel terbentuk dan mempunyai sifat mudah terbakar. Gel yang dihasilkan berwarna putih dan berbentuk menyerupai bola salju


Sifat-sifat kalsium asetat antara lain :
· Berat Molekul : 158,17 gr/mol
· Berat Jennis : 1,6 gr/cm3
· Penampilan : putih padat dan higroskopis
· Titik lebur : 160 oC
· Kelarutan dalam air : 37,4 gr/100ml (0 oC)
34,7 gr/100ml (20oC)
29,7 gr/100ml (100oC)
· Sedikit larut dalam methanol dan larut dalam aseton, etanol dan benzene Untuk membuat ethanol gel, dosis kalsium asetat untuk bahan campuranmcukup 1-5%B. Kalsium asetat berbentuk tepung itu lalu diencerkan dengan air sebanyak 20% dari jumlah bioetanol. Selanjutnya dicampur etanol berkadar 70- 85%. Rasio antara pengental dan etanol perbandingannya 1:7. Setelah itu ditambahkan 5% Natrium Hidroksida sebagai penyeimbang pH agar tingkat keasaman 5-6. Saat menambahkan Natrium Hidroksida kecepatan aduk ditingkatkan 2 kali lipat. Untuk membuat 200 g gel kecepatan aduk berkisar 2.500 rpm

Ethanol gel adalah etanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk ethanol gel sangat prospektif dikembangkan. Keunggulan dari ethanol gel dibandingkan fase cairnya yaitu praktis dan aman. Praktis karena berbentuk gel sehingga bias disimpan di dalam botol serta tidak mudah tumpah. Dalam bentuk gel, factor keamanan dalam penggunaan etanol dalam rumah tangga pun terjamin karena produk ethanol geltidak mudah menguap (volatile) dan tidak mudah terbakar. Seandainya pun ethanol gel tumpah dalam keadaan masih terbakar, kekentalannya tidak akan membuatnya cepat mengalir seperti halnya etanol dalam bentuk cair. Ethanol gel merupakan produk aman karena tidak volatil serta tidak mengeluarkan asap atau gas beracun ketika dibakar. Untuk membentuk ethanol gel ini diperlukan bahan pengental etanol. Bahan yang digunakan dalam hai ini berupa carbopol yang merupakan polimer asam akrilik. carbopol dicampurkan ke dalam etanol dan dihomogenisasi. Lalu, beberapa milliliter Natrium Hidroksida (NaOH) ditambahkan ke dalam campuran agar terbentuk gel. Tujuannya untuk mengubah pH campuran menjadi semakin tinggi karena gel akan terbentuk jika pH campuran meningkat (Vivandra,2009). Ethanol gel dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang aman pengganti parafn karena keuntungan utama menggunakannya adalah ethanol geltanpa asap dan tidak ada emisi gas berbahaya. Masyarakat di Afrika Selatan yang telah memakai ethanol gel mengatakan bahwa hasil pembakaran ethanol gel bersih dantidak menimbulkan jelaga pada panci bekas memasak.

IV. PROSEDUR KERJA
·         Melarutkan ethanol dengan kadar total sebnyak 100 ml kedalam beaker glass (gelas kimia).
·         Melarutkan CMC 3.2 gram yng dilarutkan dengan 20 ml air di dalam beaker glass.
·         Mencampurkan ethanol kedalam larutan CMC, kemudian diaduk.
·         Mengaduk,dengan pengaduk ( stirrer ) dengan kecepatan 1000 rpm selama 45 menit.
·         Menambahkan NaOH 1 N sebnyk 1 ml hinga terbentuk gel.
·         Melakukan test dengan pembakaran pada gel.

VI. ANALISA PERCOBAAN
                        Dari percobaan yang dilakukan bertujuan agar dapat mngetahui cara pembuatan ethanol gel. Dimana Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar padat parafin yaitu terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak menimbulkan jelaga, tidak menghasilkan gas berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel memudahkan dalam pengemasan dan pendistribusian. 
                        Pada percobaan kali ini menggunakan ethanol 60 % dan 70 %, serta CMC sebagai pengental, ethanol gel adalah ethanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk ethanol dibandingkan fase cairnya sangat praktis dan aman, sebab terbentuk gel sehingga bisa disimpan didalam botol serta tidak mudah tumpah dan hal yang terpenting ethanol gel tidak mudah menguap.untuk membentuk ethanol diperlukan bahan pengental yaitu berupa CMC yang merupakan polimer asam akrilik. CMC dicmpurkan kedalam ethanol dan dihomogenasikan, kemudian ditambahkan NaOH agar terbentuk gel, tujuan nya untuk mengubah PH campuran menjadi semakin tinggi karena gel akan terbentuk jika PH campuran meningkat.

VII. KESIMPULAN
                        Dari percobaan yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa :
·         Ethanol gel adalah ethanol dengan bentuk fisik berupa gel
·         CMC digunakan sebagai pengental
·         Penambahan NaOH bertujuan untuk mengubah PH campuran menjadi semakin tinggi karena gel akan terbentuk jika PH campuran meningkat.
·         Ethanol gel sangat praktis dan aman serta apabila dibakar tidak akan mengeluarkan asap dan gas beracun
 
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.polsri.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=ssptpolsri-gdl-elischaris-4251&PHPSESSID=2c5f29b508474f0630a16771f94a3497

3 komentar:

  1. Sy tertarik bikin ethanol jelly

    BalasHapus
  2. aku nyarinya pakai kalsium asetat. bukan cmc. ngk ktemu nih

    BalasHapus
  3. Ada yg jual g? Aq beli dong... hub 081340225183

    BalasHapus