I.
TUJUAN
PERCOBAAN
1. Dapat
menjalankan beberapa peralatan unit distilasi dengan aman dan benar.
2.
Menghitung efisiensi
pelat/tahap dari peralatan unit distilasi di laboratorium Pilot Plant Politeknik.
3. Memperkirakan
kebutuhan kukus (steam) sebagai catu
kalor seoptimum mungkin.
4. Mengetahui
titik pengembunan dan titik pengembunan bubble
campuran.
II.
ALAT DAN BAHAN
Alat
yang Digunakan
1.
Unit distilasi/penyulingan kolom bubble cap
2.
Gelas Kimia
3.
Erlenmeyer
4.
Refractometer
5. Stopwatch
6.
Ember 15 L
Bahan
yang Digunakan
1. Ethanol teknis ± 10 liter
2. Air ± 30 liter
III. DASAR TEORI
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi
kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Separasi atau pemisahan penyusunan atau
komponen yang memiliki perbedaan sifat ataupun kimiawi merupakan salah satu
proses yang sering dijumpai pada proses teknik kimia selain
pencampuran,reformasi dll. Distilasi atau dijuga dikenal penyulingan sebagai
proses pemisahan bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi atau kemurnian satu
atau lebih komponen, yang biasanya produk yang bertitik lebih rendah atau yang
disebut produk bawah dan bila terdiri dari lebih satu komponen merupakan
residu. Penggunaan pemanasan biasanya kukus (steam) sangat besar pengarunya
selain rancang bangun dan peralatan sendiri.
1.
ATURAN FASA DAN HUKUM
RAOULT
Seperti pada system gas dan cair
dibatasi oleh aturan fasa. Untuk campuran biner (bayangan biner (pseudobinary))
terdapat dua pesusun, A dan B ; pesusun
A lebih mudah teruapkan dibandingkan B, fasa yang diberikan persamaan :
F =C-P +2 …
(1)
Dalam
hal ini P adalah jumlah derajat kebebasan system, maka diperoleh harga F adalah
2 (“mengacu pada Geankoplis, Transport Processes and Unit Operation; hal 574
pers.10.2-1 atau Mccabe,Smith, Unit Operation of Chemical Eng (Neering, hal
450).
Dengan empat perubahan suhu, tekanan,
fraksi A dalam fase uap dan XA dalam fase cair. Fraksi-fraksi B dapat dicari
jika YA atau XA diketahui, karena YA + YB
= 1,0 dan XA + XB = 1,0. Jika tekanan ditentukan , suhu
dan susunan uap menyesuaikan dengan sendirinya.
Dengan hukum Raoult, sebagai hukum
ideal, fase uap-cair pada kesetimbangan dapat ditentukan.
PA= PAXA
…
(2)
Pada
persamaan 2, PA adalah tekanan parsial uap A alam satuan Pa (atm). PA
adalah tekanan total uap Pa (atm) dan XA adalah fraksi mol A dalam
fase cair. Untuk system dengan larutan ideal atau tidak ideal mengikuti hokum
Hendry dalam larutan yang en
A
= pesusun yang lebih mudah teruapkan
B
= pesusun yang lebih sukar teruapkan
Jika larutan campuran biner dengan
pesusun A dan B mematuhi hokum raoult, maka diagram tiitk didih daoat dicari
dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
PA = PAXA PB
= PB (1-XA) …
(3)
PA = P YA PB =
P (1-YA) …
(4)
PAPB
= P …
(5)
PAXA
+PB (1-XA) = P …
(6)
XA = (P-PB)/(
PA - PB ) …
(7)
YA = PA
/ P = PA XA / P …
(8)
Selain penenrapan hukum Raoult telah dikerjakan di atas suatu besaran
keteruapan nisbi (α) , juga sering digunaan untuk memperoleh data kesetimbangan
X dan Y. Untuk sistem biner teruapkan nisbi pesusun A terhadap pesusun B dalam
campurannya adalah :
Keteruapan
nisbi , α AB = keteruapan A /
keteruapan B
Keteruapan
A = ( YA/XA )
Keteruapan
B = ( 1 – YA ) / ( 1 –XA )
Sehingga
di perloeh :
α AB = {( YA/XA)/(
1 – YA ) / ( 1- XA )} = YA ( 1 – XA
) / ( 1 – YA ) …
(9)
α AB XA
( 1 – YA ) = YA ( 1 – XA )
… (10)
YA = α AB
XA / {1 + XA (αΑB – 1 )} …
(11)
Keteruapan nisbi ini sangat berguna dan
dapat diterapkan jika harganya tetap, karena tidak bergantung pada keadaan
cairan pada tekanan tertentu walaupun tetap ada kemungkinan bergeser sedikit
perubahan konsentrasi.
Untuk campuran ideal :
αAB
= ( YA / XA ) / ( YB / XB ) …
(12)
αAB
= PA / PB …
(13)
Harga
PA/PB ini hamper selalu tetap pada rentang αx = 0 sampai
dengan X = 1,0 , jika harga αAB lebih besar dan pada 1,0 pemisahan
baru mungkin terjadi. Dan apabila system biner mematuhi Hukum Raoult atau
bertingkah laku ideal , penyimpangan αAB sangat kecil terhadap
rentang konsentrasi yang besar pada tekanan total tetap.
2.
DISTILASI
BERKESINAMBUNGAN (FRAKSIONASI )
Macam – macam
cara distilasi serta teori dan kaidah – kaidahnya banyak di jumpai pada
berbagai buku acuan untuk teknik kimia. Distilasi berkesinambungan atau yang
dikenal sebagai seperti unit distilasi yanga ada pada laboratorium JJurusan
Teknik Kimia politeknik Negeri Sriwijaya ,merupakan jenis distilasi yang paling
sering dijumapai dan digunakan oleh
industri – industri kimia. Dengan cara memperbanyak tahap permukaan bidang sentuh
antar fase sepanjang kolom , pemisahan yang dilakukan akan jauh lebih baik
disbanding operasi dengan tahap tunggal. Fraksionasi itu sendiri berlangsung di
dalam kolom fraksionasi , sebuah silinder tegak di dalamnya dilengkapi baik
unggunan atau sekat yang rapat untuk memacu persentuhan antar fase cair dan
fase uap.
Umpan pada tahap
awal pengumpanan berwujud cair dimasukkan ke dalam kolom terletak pada
pertengahan ke atas kolom. Produk atau serahan atas yang kaya akan penyusun
yang lebih mudah teruapkan diperoleh pada atas kolom dan produk yang kaya
penyusun yang sukar teruapkan yang diperoleh pada dasar kolom. Bagian kolom di
atas titik pengumpanan disebut bagian peningkatan (rectifying section or enriching section), sedangkan bagian kolom di
bawah titik pengumpanan disebut bagian peluruhan (stripping section or exhausting section). Fasa uap dihasilkan oleh
kerja penangas ulang yang terletak pada bagian dasar kolom. Fasa cair di dalam
bagian peningkatan dihasilkan oleh kerja pendingin yang terletak dekat bagian
atas kolom tempat panas yang menyertai proses.
Pada setiap sekat atau
pelat (plate) di dalam kolom uap
bersentuhan dengan cairan dan massa dipertukarkan; yaitu massa pesusun yang
lebih sukar teruapkan dipindahkan dan fasa cair ke fasa uap. Jadi melaju turun
sepanjang kolom dengan segera kaya akan pesusun yang lebih sukar teruapkan yang
bertitik didih lebih tinggi, sedangkan uap akan melaju naik sepanjang badan
kolom dan segera kaya akan pesusun yang lebih mudah teruapkan yang bertitik
didih lebih rendah. Di sini tampak terjadi penurunan suhu sepanjang kolom dari
bawah ke atas yang berakibat terjadi pengembunan sebelum campuran uap mencapai
atas kolom dan pendingin; tentu saja bertitik embun lebih tinggi akan
terembunkan terlebih dahulu.
3.
NERACA MASSA DAN NERACA
PANAS DALAM PERHITUNGAN
Tata
nama yang akan digunakan dalam perhitungan :
F, D, W laju umpan (feed), serahan atas (top
product), serahan bawah (bottom
product) dalam satuan massa atau mol per satuan waktu.
ZF, XO,
XW fraksi pesusun yang
lebih mudah teruapkan dalam umpan, serahan atas dan serahan bawah dalam fraksi
mol.
L, V laju molar cairan dan uap di
dalam kolom.
X, Y fraksi mol penyusun yang lebih
mudah teruapkan dalam fasa cair dan fasa uap.
HL, HV energi dalam satuan enthalpi molar
fasa cair dan fasa uap
4.
GRAFIK FRAKSI MOL SOLUTE DI UAP vs CAIR
Penentuan
atau jumlah banyaknya sekat secara teori McCabe-Thiele
Persamaan
kesetimbangan massa pesusun atau komponen seluruh kolom
Persamaan
dasar:
F=D+W ...(14)
Dengan
pertimbangan komponen mudah teruapkan (Aseton/Ethylene/Glycol)
Fxf = Dxd+Wxw ...(15)
Fxf = Dxd+(F-D)xw ...(16)
D = F[xf-xw]/[xd-xw]
...(17
Sedangkan neraca
kalor untuk keseluruhan sistem dapat dituliskan sebagai berikut :
F
GF + qR = D H0 + W HW +qC +
qL ...(19)
Dimana qR, qC, dan qL
adalah masing-masing kalor yang dilepas atau diterima oleh pemanas dan
pendingin
Pada
bagian peningkatan atau Enrichment
Dilihat pada
bagian diatas jalur sekat umpan masuk (di bawah Kondensor)
Vn+1
= Ln + D …(20)
untuk komponen
yang mudah teruapkan
Vn+1 . Yn+1
= L N XD +D XD …(21)
Didapatkan GARIS
OPERASI ATAS dengan persamaan garis lurus
Yn+1 = (Ln /Vn+1)
Xn + D XD /Vn+1 …(22)
Karena
Vn+1 = Ln + D,
dan Ln /Vn+1
= R/R + 1 dan diasumsikan Yn+1
= Yn dimana R adalah rasio
refluks berharga tetap.
Didapatkan
persamaan serupa untuk GARIS OPERASI ATAS
Yn+1 = (R/R +
1) Xn + XP /(R+1) …(23)
Gradien (m) = Ln
/Vn+1 = (R+1) dan melalui titik (XP /(R+1); 0)
Untuk
Bagian Pelurusan (Stripping)
Dilihat pada
bagian kolom di bawah jalur sekat masuk umpan (di atas Reboiler)
Vm+1
= Lm – W …(24)
Untuk komponen
yang mudah teruapkan
Vm+1 . Ym+1
= Lm Xm – W XW …(25)
Vm+1 . Lm / Vm+1 Xm
– W/Vm+1 XW …(26)
Didapatkan
GARIS OPERASI BAWAH dengan persamaan garis lurus dengan gradien (m) = Lm Vm+1
dan melalui titik (0; W/Vm+1 XW) atau (Lm/W
XW; 0) atau (xW; xW)
TITIK
PERPOTONGAN GARIS OPERASI ATAS & GARIS OPERASI BAWAH (q)
Perpotongan
dianggap di titik [xq; yq]
Dimana
L adalah cairan dari refluks dan V adalah uap yang akan terkondensasi. Neraca
massa komponen yang mudah teruapkan :
VnYq = LnXq
+ DXD …(27)
dan
VmYq = LmXq
+ WXw …(28)
Dengan
pengurangan didapatkan
Yq [Vm-Vn]= [Lm-Ln]
Xq – [DXD+WXw] …(29)
Neraca
massa pada sekat atau pelat pengumpanan :
F + Ln + Vm = Lm
+ Vn …(30)
Vm Vn = Lm
LnF …(31)
Dimana
Hf adalah enthalpy 1 mol dan umpan pada temperature umpan Tf (TR 13) (jika
dibawah titik didih ) yang akan dinaikkan ke Hft (enthalpy umpan pada titik
didihnya) yang berarti kalor harus diberikan untuk dijadikan umpan pada titik
didih adalah :
F
(Hfs – Hf)/ λ, dimana λ adalah panas laten molar dari uap.
Didapat
persamaan untuk cairan dan refluks, L
Lm = Ln + F + F (Hfs – Hf)/λ
= Ln + F [(λ
+ Hfs – Hf)/λ]
= Ln + qF …(32)
dimana
q adalah kalor yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol umpan kalor laten molar
dari umpan
dari
persamaan (r)
Vm – Vn = qF – F …(33)
Neraca
massa dari komponen yang mudah teruapkan
F ( q-1) yq = qFxq – Fxf
Yq = (q / (q – 1)) Xq
– (Xf / (q – 1))
Persamaan
ini dikenal garis – q, jika Xq = Xf maka yq
= Xf
Gradient
garis adalah q/(q-1) melalui titik (Xf,Xf) dan jika yq = 0 maka Xq =Xf/q dan
garis q dapat dengan mudah melalui dua titik.
Sifat
atau karakteristik alami dan umpan menentukan q :
a. Umpan
cair dingin dibawah titik didih q>1
b. Umpan
pada titik didih q=1
c. Umpan
sebagian dalam bentuk uap 0<q<1
d. Umpan
dalam keadaan uap jenuh q=0
e. Umpan
dalam keadaan uap terpanas lanjut q<0
Perubahan
dan gradien pada garis – q karena perbedaan q akan mengubah konsentrasi dari
liquid pada perpotongan garis operasi dengan rasio refluks tertentu. Yang
berarti juga perubahan pada jumlah pelat teoritis.
Perhitungan
Jumlah Tahap / Sekat / Pelat Pada Proses Refluks Total
Bila diingin keadaan produk (dalam hal ini
konsentrasi atau fraksi mol) baik atas maupun bawah dapat diperkirakan dengan
menerapkan metode Fenke sebagai berikut. Selama proses tidak ada pengambilan
produk (hanya sampel) baik atas maupun bawah dengan kata lain D = 0, W = 0 dan
L = V sehingga :
Dari
persamaan (I) didapatkan
Yn = xn + 1
Dan
persamaan (m) didapatkan
Ym = Xm + 1
Pertimbangkan dua komponen a dan bpada konsentrasi atau fraksi mol
campuran ditangki tampung (t) adalah xta dan xtb. Sehingga pada sekat pertama
didapat komposisi sebagai berikut :
Sekat
1 [Xa/Xb]1
= [ya/yb]t = αt [Xa/Xb]t
Sekat
2 [Xa/Xb]2
= [ya/yb]t = αt [Xa/Xb]1
= α1 α2 [Xa/Xb]t
Sekat
n [Xa/Xb]n
= [y2/yb]n-1 = α1 α2 α3…αn-1 αt [Xa/Xb]t
[Xa/Xb]n
= αn rata [xa/xb]t
Dimana
α = volatilitas/ kepenguapan relative = {(PaXb)/(XaPb)}
rata-rata = volaritas rata rata
komponen a-b
pengembunan
yang terjadi pada kondenser digambarkan sebagai berikut :
n
= jumlah sekat/pelat/tahap termasuk tahap reboiler yang dibutuhkan
d = produk atas ; t = dianggap
produk bawah/dalam tangki
(lakukan
proses ini setelah menit ke130)
Berikut
data dari Perry’s Chem.Eng.Handbook bab 13 “Distilation”
Data
kesetimbangan Cair-Uap pada tekanan konstan untuk beberapa campuran biner.
IV. LANGKAH KERJA
Yang Perlu
Diperhatikan
·
Pipa kukus panas
(gunakan sarung tangan tahan panas)
·
Banyak uap alkohol
(mudah terbakar dan karsinogen)
·
Peralatan mudah pecah
(gelas dan elektronik)
·
Lingkungan banyak looose nutsl / screws dan bahan kimia (jas lab/up
roll)
Langkah
Kerja
·
Membuka katup-katup air
pendingin (sebagai Standart Operation Procedur)
·
Memasukkan umpan ± 40
Lt etanol teknis baru (hasil distilasi produk atas percobaan sebelumnya) ke
dalam labu penampung distilat dingin (untuk sementara dipakai sebagai penampung
umpan)
·
Menambahkan ke dalam
labu penampung tersebut ± 100 Lt air (penambahan sedikit benzene dapat
dilakukan/optional)
·
Menutup dan memeriksa
saluran pelepasan tekanan kolom dan tangki tampung tidak tersumbat (the flexibel
hose)
Pada Panel
Pengendali
·
Membuka katup udara
tekan, memutar switch utama (merah) ke angka 1 (on), pada pengendali
elektronik.
·
Menekan tombol 8 padda
kedua pengendali tersebut untuk menghentikan tampilan 4 berkedip-kedip.
Untuk
Mengalirkan Air Pendingin di Kondensor
·
Pada pengendali TRC-3,
menekan tombol 8 sehingga lampu warna hijau didekatnya (SP-W) menyala, disusul
dengan menekan tombol 13 hingga lampu warna hijau didekatnya menyala.
·
Menekan
atau mengatur tombol 12.1 dan 12.2 untuk mendapatkan angka (temperatur air
pendingin diinginkan) ± 15 (± 50C dibawah temperatur air biasa) pada tampilan
4.
·
Menekan tombol 8 sampai
lampu merah didekatnya (PV-X) menyala, pada tampilan 4 menunjukkan temperatur
sebenarnya dan air pendingin.
·
Mematikan lampu dekat
tombol 13 dengan menekan tombol 13 (supaya temperatur yang diset tersebut tidak
berubah).
·
Mematikan atau meneka
tombol 10 warna kunig (manual) bila menyala.
Untuk Dapat Membuka Katup Kukus di
Reboiler
·
Pada pengendalian lain
(PIC-12), menekan tombol 8 sampai lampu hijau didekatnya (SP-W) menyala.
Disusul tekan tombol 13 sampai lampu hijau didekatnya menyala.
·
Menekan atau mengatur
tombol 12.1 dan 12.2 untuk mendapatkan angka (perbedaan tekanan dalam kolom
yang diinginkan) ± 0,5 Bar pada tampilan 4.
·
Menekan tombol 8 sampai
lampu merah didekatnya (PV-X) menyala, pada tampilan 4 menunjukkan perbedaan
tekanan yang sebenarnya pada tampilan 4.
·
Mematikan lampu dekat
tombol 13 dengan menekan tombol 13 (supaya temperatur yang diset tersebut tidak
berubah)
·
Mematikan atau menekan
tombol 10 warna kuning (manual) bila dalam keadaan menyala, sekarang beroperasi
pada keadaan otomatis.
·
Memasukkan atau setting
parameter dan struktur switch baik TRC-3 atau PIC-12 oleh instruktur atau
pengajar.
·
Menekan tombol 8 terus
sampai pada tampilan 6 menunjukkan “PS”, menekan tombol 12.1 sampai pada
tampilan menunjukkan “Par” (pemasukkan data parameter) atau “Str” (struktur
switch).
Dengan tombol 5.1 & 5.2
|
12.1 & 12.2
|
Dengan tombol 5.1 & 5.2
|
12.1 & 12.2
|
Ket
|
||
Tamp
(6)
|
Parameter
|
Tamp
(4)
|
Tamp
(6)
|
Parameter
|
Tamp
(4)
|
|
Uu
cP
in
tu
tF
tS
ty
t-
LA
|
Dereactive gain
Prop. Gain
Reser / integral
Waktu derivative
Konstanta filter
Waktu naik set
Waktu posisi kt
Periode output
Awal skala
|
2.0
20.0
9000
Off
Off
Off
60
60
|
SA
SE
SS
A2
A1
A
yA
yE
yS
|
Batas awal
Batas akhir
Batas aman
Batas min.alrm
Batas max.alrm
Ambang proses
Awal output
Akhir output
Output aman
|
-5
105
0.0
-5.0
5.0
0.0
-5.0
105.0
0.0
|
Untuk
pengaturan struktur “switch” yang perlu diperhatikan.
Dengan tombol 5.1 & 5.2
|
12.1 & 12.2
|
Dengan tombol 5.1 & 5.2
|
12.1 & 12.2
|
Ket
|
||
Tamp
(6)
|
Parameter
|
Tamp
(4)
|
Tamp
(6)
|
Parameter
|
Tamp
(4)
|
|
S1
S2
S3
|
Output K
Frekuensi listrik
Sinyal masuk
|
0
0
0
|
S1
S30
S31 |
Tipe alamat
Model manual
Perubahan auto
|
-3
2
0
|
Proses Pemanasan
1.
Menekan tombol hijau
pada pompa umpan [P2] dan mengatur laju alir 150 lt/jam hingga umpan masuk ke preheater,
2.
Membuka katup kukus [steam]
ke arah pemanas mula [preheater](Katup
kukus ke arah Reboiler/FFE masih
tertutup), diperkirakan tidak sampai terlalu besar tapi sudah mendidih [teperatur
umpan masuk 75 – 85 oC
3.
Memperhatikan angan sampai pemanas mulai/ preheater dalam
keadaan kosong/tanpa umpan selama masih ada pemanas/kukus
4.
Memulai stopwatch sebagai t=0
5.
Setelah 5 – 10 menit mengambil pembacaan [sudah ada umpan di
tangki “sump”] (1) Laju dan (2) Temperatur umpan masuk dan preheater, TR 13
[pada rekorder di panel], (3) Produk atas [distilat panas] bila sudah (melalui
V1) bila sudah ada dan (4) produk bawah (melalui V3 dengn V4 terbuka dan V5
tertutup) cukup. Menutup katup ke rah pendingi bawah V4 juga V3 dan membka
katup Vs
6.
Menekanmenyalakan pompa “sump”/ menampung P3, mengatur laju
400 lt/jam pada F128
7.
Membuka katup kukus yang menuju Reboiler/FFE 3-4 putaran
8.
Mengambil data temperatur umpan masuk dan Reboiler [T 124
pada termometer lokal] setelah interval 30 menit
9.
Setelah didapatkan distilat cukup banyak [mengisi ¾ isi
tangki distilat panas diatas kira-kira 1 – 1,5 jm], menyalakan pompa distilat
P1 dan mengatur refluk dengan perbandingan refluk dan produk atas 1:1
10.
Mencatat laju refluk, produk atas, produk bawah [bila memang
diambil] dan laju umpan [laju di Reboiler dan dianggap masuk ke sekat pelat 1]
11.
Setelah umpan habis, mematikan /mentup katup kukus ke
pemanas mula/ Preheater dan mematikan pompa umpan P2
12.
Mematikan pompa distilat P1 bila distilat panas telah habis.
Penghentian
Proses
1.
Menutup katup-katup manual kukus (baik ke Preheater (sudah
harus tertutup) maupun ke Reboiler) menggunakan sarung tangan,
2.
Menekan atau menyalakan tombol warna kuning (manual) sampai
lampu didekatnya menyala pada pengedah PIC-12,
3.
Menekan tombol 5.1 sampai tampilan 6 di dekatnya (OUT-Y)
menunjukkan angka 9.
4.
Menmatikan pompa distilat P1 dan pompa tampung atau sump P2
5.
Ada panel pengendali, mematikan switch tekanan (hitam) dan
switch utama (merah) ke 0 (off).
Tutup
katup udara tekan
Berikut
gambar atau diagram alir proses dan pengendalian secara sederhana (lokasi
laboratorium Pilot Plant Jurusan Teknik Kimia Politeknik)
V.
DATA
PENGAMATAN
Tabel 1. Data Temperatur
Waktu (menit)
|
t1
|
t2
|
t3
|
t4
|
t5
|
t6
|
0
|
29,8
|
29,7
|
128,9
|
29,7
|
29,5
|
29,5
|
5
|
30
|
30
|
108,7
|
30,8
|
29,7
|
29,9
|
10
|
30,2
|
30,4
|
94,5
|
31,3
|
30
|
30,5
|
15
|
30,4
|
30,8
|
74,4
|
33,4
|
99,7
|
33,4
|
20
|
30,5
|
31,0
|
63,9
|
44,9
|
103,6
|
44,9
|
25
|
30,7
|
31,2
|
98,7
|
56,3
|
105,5
|
56,6
|
Tabel 2.
Data Temperatur
TR
|
Temperatur (oC)
|
|
30 menit
|
40 menit
|
|
1
2
3
4
5
6
|
30,3
30
102,4
101,3
106,6
102,3
|
32,9
32,1
102,2
102,5
106,2
102,7
|
Tabel
2. Data Indeks bias
Feed = 1,34151
Bagian
|
Indeks bias
|
|
30 menit
|
40 menit
|
|
Distilat
Bottom
|
1,34656
1,34002
|
1,34780
1,33979
|
VI. PERHITUNGAN
·
Penentuan Fraksi Mole Etanol
3 ml etanol dan 2
ml air
dengan cara yang sama didapat fraksi mol untuk komposisi
lainnya seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Kalibrasi
Etanol dengan Refraktometer
No
|
Komposisi (ml)
|
Indeks bias
|
Fraksi mol etanol
|
|
etanol
|
Air
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
|
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
|
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
|
1,34070
1,34068
1,33868
1,33768
1,33568
1,33468
1,33340
|
0,300296
0,225137
0,163685
0,112504
0,069218
0,032131
0
|
·
Penentuan Fraksi Mol Etanol Berdasarkan Indeks Bias
Berdasarkan kurva
kalibrasi etanol didapat persamaan: y = 0,025x + 1,334
Umpan (F)
indeks bias umpan
(y) = 1,35068
dengan cara yang sama didapatkan fraksi mol etanol pada distilat dan bottom product seperti pada tabel berikut.
Tabel
4. Fraksi mol etanol berdasarkan nilai indeks biasnya
No
|
Sampel
|
Awal
|
30 menit
|
40 menit
|
|||
Indeks
bias
|
Fraksi mol etanol
|
Indeks bias
|
Fraksi mol etanol
|
Indeks bias
|
Fraksi mol etanol
|
||
1
|
Umpan
|
1,34151
|
0,3004
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Distilat
|
-
|
-
|
1,34656
|
0,5023
|
1,34780
|
0,5520
|
3
|
Bottom
product
|
-
|
-
|
1,34002
|
0,2406
|
1,33979
|
0,2315
|
·
Perhitungan Neraca Massa
Untuk t = 30
menit
komponen etanol:
XF = 0,3004
XD = 0,5023
XB = 0,2406
Asumsi densitas umpan campuran 40 L etanol dan 100 L air
adalah 0,924 gr/ml maka besarnya massa umpan dapat ditentukan sebagai
berikut
F = 140000
ml x 0,924 gr/ml =
129360 gr
Neraca massa total : F = D + B B = F - D
Neraca massa komponen etanol : F XF = D XD
+ B XB
F XF = D XD + (F – D) XB
F(XF - XB ) = D (XD - XB
)
Apabila dianggap distilat adalah produk murni etanol dengan densitas 0,79 gr/ml
maka
Untuk t = 40
menit
Karena proses dianggap kontinyu maka komponen etanol:
XF = 0,2406 (bottom
product run 30 menit)
XD = 0,5520
XB = 0,2315
Asumsi densitas umpan
adalah sama seperti umpan awal yaitu 0,924 gr/ml maka
besarnya massa umpan dapat ditentukan sebagai berikut
F = 102582,9
ml x 0,924 gr/ml =
94786,6 gr
Neraca massa total : F = D + B B = F - D
Neraca massa komponen etanol : F XF = D XD
+ B XB
F XF = D XD + (F – D) XB
F(XF - XB ) = D (XD - XB
)
Apabila dianggap disitlat adalah produk murni etanol
dengan densitas 0,79 gr/ml maka
VII.
ANALISIS PERCOBAAN
Distilasi merupakan proses pemisahan yang bsifat homogen.
Pemisahan tersebut didasarkan pada perbedaan titik didih (volatilitas) diantara
kedua komponen atau lebih untuk meningkatkan konsentrasi komponen tersebut.
Sehingga komponen yang memiliki titik didih lebih ringan akan terpisah terlebih
dahulu dengan menguap dan menjadi produk atas.
Praktikum distilasi yang dilakukan merupakan praktikum
skala pilot plant dimana skala tersebut merupakan peralihan dari skala laboratorium
menuju skala industri. Beberapa hal yang membedakan antara distilasi sederhana
dengana distilasi skala pilot plant yaitu pada skala pilot plant terdapat
pengendali yang berada pada control panel dan juga sistem yang dilakukan oleh
distilasi skala pilo plant adalah sistem kontinyu. Sedangkan pada distilasi
sederhana skala laboratorium, tidak ada panel pengendali (panel control) yang
dapat mengendalikan alat dari kejauhan dan juga tidak terdapat lagi blok
diagram.
Jenis distilasi yang ada di laboratorium pilot plant
adalah jenis distilasi fraksionasi dimana pemisahannya dengan cara memperbanyak
permukaan bidang sentuh antar fasa sepanjang kolom. Pemisahan yang dihasilkan
akan jauh lebih baik dibanding dengan distilasi tunggal.
Umpan pada tahap awal penguapan berwujud cair dimasukkan
ke dalam kolom terletak pada pertangahan ke atas kolom. Produk atau serahan
atas yang kaya akan pesusun yang lebih mudah teruapkan yang diperoleh pada
dasar kolom. Bagian kolom diatas titik pengumpanan disebut bagian peningkatan,
sedangkan bagian kolom dibawah titik pengumpanan disebut bagian peluruhan. Fasa
uap yang dihasilkan oleh kerja penangas ulang yang terletak pada bagian dasar
kolom. Fasa cair didalam bagian peningkatan dihasilkanoleh kerja pendingin yang
terletak dekat bagian atas kolom tempat panas yang menyertai proses.
Pada setiap sekat/pelat di dalam kolom uap bersentuhan
dengan cairan dan massa dipertukarkan. Tampak terjadi penurunan suhu sepanjang
kolom dan bawah keatas yang berakibat terjadi pengembunan sebelum campuran uap
mencapai atas kolom dan pendinginan.
VIII.
KESIMPULAN
1. Distilasi adalah suatu proses pemisahan yang homogen yang
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi satu atau lebih komponen.
2. Sektor distilasi skala pilot plant adalah sektor umpan,
sektor zat yang akan dipanaskan, sektor laju pemanas, sektor pemisahan, sektor
pendinginan dan sektor panel kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2012.
Penuntun Praktikum Pilot Plant.
Jurusan Teknik Kimia. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya