Total Tayangan Halaman

Rabu, 27 Juni 2012

PEMBUATAN METIL ESTER


PEMBUATAN METIL ESTER
I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami pembuatan Metil Ester

II.                BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Bahan yang digunakan :
·         Minyak jelantah
·         NaOH
·         Indikator Phenolptalein
·         Metanol
·         Aquadest
Alat yang digunakan :
·         corong pisah
·         termometer
·         gelas ukur
·         gelas kimia
·         hot plate
·         pipet tetes
·         pipet ukur
·         buret
·         piknometer
·         erlenmeyer
·         stpwatch
·         stirrer
·         viscometer ostwald







III.             DASAR TEORI
Bahan bakar nabati (BBN) - bioethanol dan biodiesel - merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto dan Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun kerosin atau minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan berbagai industri lain
Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis minyak bumi yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan, atau alga. Ia memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip dengan diesel petroleum, dan dapat menggantikannya dalam menggunakan saat ini. Namun, yang paling sering digunakan sebagai aditif untuk minyak diesel, meningkatkan pelumasan dinyatakan rendah bahan bakar solar murni ultra rendah belerang. Ini adalah salah satu kandidat yang mungkin untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama dunia transportasi, karena merupakan bahan bakar terbarukan yang dapat menggantikan solar pada mesin saat ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini. Semakin banyak stasiun bahan bakar yang membuat biodiesel tersedia bagi konsumen, dan semakin banyak armada transportasi yang besar menggunakan beberapa proporsi biodiesel dalam bahan bakar mereka.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang, sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani adalah sumber potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida (KOH) atau sodium hidroksida (NaOH). Proses kimia yang disebut transesterifikasi yang menghasilkan biodiesel dan gliserin. Kimia, biodiesel disebut ester metil jika alkohol yang digunakan adalah metanol. Jika etanol yang digunakan, disebut ester etil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi :
1.       Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada ummnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.
2.       Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena ini akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi reaksi. Penelitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis., 2005 )
3.       Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis rekasi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa ataupu penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar sedangkan katalis.
4.      Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk maka pengudukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa. Pengadukan transesterifikasi 1500 rpm.
5.      Perbandingan reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1 mol minyak trigliserida memerlukan 6 mol metanol menggunakan rasio molar alkohol-minyak = 1 : 6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempnyai viskositas yang rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flas point). Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan alkohol minyak = 1 : 2,2 (etanol : minyak).
IV.             LANGKAH KERJA
a.       Pembuatan Metil Ester
·           Menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkanya dengan metanol p.a, mengaduknya dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menaruhnya di dalam gelas kimia 250 ml.
·           Memanaskan 200 ml minyak jelantah di atas hotplate dan mengaduknya menggunakan stirrer kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.
·           Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1 kedalam minyak jelantah yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu pengadukanya pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natriummetoksida bercampur semua.
·           Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan bawahnya.
·           Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 600C, menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10 menit.
·           Memindahkan metil esterdan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan.
·           Menghiung volume metil ester yang diperoleh.
b.      Prosedur analisa pengujian densitas
·           Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi sebagai a gram
·           Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram
·           Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alkohol
·           Menghitung besar densitas yang diperoleh.
c.       Pengujian viscositas
·           Membersihkan gelas ukur 250 mL dan mengeringkanya dengan tissue.
·           Memasukkan sampel keadalam geals ukur tersebut sampai ¾ volume gelas ukur, lalu memasukkan viscometer ostwald kedalam gelas ukur berisi sampel
·           Secara otomasis membaca viskositas yang tertera dalam alat tersebut.
d.      Pengujian asam lemak bebas (ALB)
·           Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak 50 ml dan 3 tetes indikator pp.
·           Melaukakan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah muda.
·           Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.
Keterangan :
M  = Berat molekul asam lemak (gr/mol)
T   = Normalitas NaOH
m  = Berat molekul asam lemak
Y  = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)
e. Pembuatan Larutan
·         NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)
·         Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebannyak yang diperlukan kedalam erlenmeyer, menambhkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda)
·         Indikator pp (melarurkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).
V.                DATA PENGAMATAN
Data pengamatan pembuatan metil ester
No
Perlakuan
Pengamatan
1
Menghaluskan NaOH sebanyak 1 gr
Sebuk putih, higroskopis, tidak berbau.
2
NaOH + 41 ml methanol
Putih kekeruhan, volatile, dan tidak berbau.
3
Minyak jelantah + natrium metoksida dan dilakukan pemanasan sampai 45 menit dengan suhu 550C
Terbentuk 2 lapisan yaitu atas berupa warna putuh dan bawah berupa warna kekuningan.
-       5 menit awal bagian atas bercampur dengan minyak dan berupa kuning pucat sedangkan bagian bawah berupa warna kuning.
-       10 menit berlanjut, bagian atas terdapat gumpalan lemak, mirip dengan minyak sedangkan bagian bawah berwarna kuning.
-       15 menit kemudian bagian atas tidak mengalami perubahan sedangkan bagian bawah sama.
-       20 menit selanjutnya bagian bawah dan atas sama- sama  membentuk gelembung dan warna sama.
-       25 menit kemudian bagian atas berupa kuning keruh menggumpal, sedangkan bagian bawah berupa minyak dengan warna kuning.
-       30 menit selanjutnya baik bagian atas maupun bawah tidak terjadi perubahan yag mencolok, namun ester mulai terbentuk.
-       35 menit kemudian semakin banyak ester yang terbentuk.
-       40 menit kemudian terdapat banyak gelembung.
-       45 menit akhir bagian atas berwarna kuning yaitu ester sedangkan bagian bawah berupa kuning kecoklatan.

I.                   PERHITUNGAN
Data yang digunakan :
NaOH                               = 1 gram
Volume methanol              = 41 mL
Volume minyak jelantah   = 200 mL
Volume metil ester            = 115 mL

1.      Analisis Densitas
Berat piknometer kosong (a)   = 42,5 gr
Berat pikno + isi (b)                = 65 gr
Volume piknometer (c)           = 25 ml
Densitas metil ester                 =
                                    =
                                    = 0.99 gr/mL

2.      Analaisis viscositas
Dilakukan dengan membaca skala yang tertera dalam aerometer yaitu 0,802

3.      Analisis Asam Lemak Bebas
Berat gelas kimia kosong        = 89 gr
Berat gelas kimia + isi = 93 gr
Berat sampel                           = 4 gr
Volume titran                          = 4,7 mL
Bm                                          = 283,77 gr/mol

Kadar FFA(ALB)                   =
                                    =
                                     = 6,6 x 10-6


II.                ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester, dimana metil ester itu merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu pencampuran dan penggunaan secara langsung, mikroemulsi, pirolisis, dan transesterifikasi. Metode yang di gunakan pada percobaan kali ini adalah dengan cara transesterifikasi. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan metil ester adalah minyak goreng bekas.
Minyak goreng bekas merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali untuk proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsung karena masih dapat dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan. Komposisi minyak goreng bekas yang masih mengandung asam lemak bebas mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan oleo kimia. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku untuk pembuatan methyl ester atau bahan bakar alternatif melalui proses transesterifikasi atau esterifikasi.
Pada saat larutan NaOH dilarutkan kedalam minyak jelantah terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah berwarna putih dan lapisan atas berwarna kuning. Kemudian dilakukan pengadukan selama 45 menit, selain itu dilakukan analisa metil ester yang berupa analisis densitas, viskositas serta penentuan kadarasam lemak bebas (ALB). Dari percobaan diperoleh densitas 0.99 gr/ml, viscositas 0.802 dan kadar asam lemak bebas 6.6 x 10-6.

III.             KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
a.       Metil ester adalah ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dan metanol.
b.      Data analisa :
·         Densitas          = 0.99 gr/ml
·         Viscositas        = 0.802
·         ALB                = 6.6 x 10-6.

PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI CENGKEH


ISOLASI MINYAK ATSIRI (CENGKEH)
I.            TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat minyak atsiri dengan cara penyulingan dan ekstraksi dari cengkeh.

II.         BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan :
·         Seperangkat alat ekstraksi
·         Seperangkat alat distilasi
·         Gelas kimia
·         Gelas ukur
·         Pipet ukur
·         Bola karet
·         Bak penampung es
·         Labu didih
·         Termometer
·         Spatula
·         Neraca analitik
·         Kertas timbang

Bahan yang digunakan :
·         Cengkeh kering
·         Etanol 96 %
·         Batu es

III.      DASAR TEORI
Distilasi didasarkan pada pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima.  Melalui proses distilasi kukus inilah minyak atsiri yang terkandung daun cengkeh dapat diambil. Pemilihan distilasi kukus dalam percobaan ini berdasarkan prinsip bahwa minyak atsiri bersifat volatil (mudah menguap), sedangkan bagian lain dari tumbuhan bersifat non-volatil, selain itu minyak atsiri tidak larut di dalam air, sehingga tidak akan tercampur dan mudah dipisahkan. Hasil distilasi ini berupa campuran air dan minyak. Minyak yang dihasilkan lebih volatil dibandingkan dengan daun cengkeh. Minyak atsiri ini mempunyai rasa yang getir dan tidak hanya terdapat pada daun tumbuhan tetapi juga terdapat pada bagian kulit, bunga, atau buah. Bau yang khas pada minyak atsiri ini disebabkan terdapatnya senyawa trans-2-heksenal (aldehida daun).
Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen di dalam suatu campuran membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, akan tetapi dalam proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan. Pada distilasi berfraksi, uap dimampatkan dan kemudian di uapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Operasi satuan ini bersumber pada kenyataan bahwa zat-zat cair memiliki tekanan uap yang berbeda-beda pada temperatur tertentu.
Pada suatu campuran zat cair yang bersifat mudah menguapnya lebih banyak. Sebaliknya jika komponen yang mudah menguapnya lebih sedikit. Maka cairan yang tersisa dalam borler akan lebih banyak (Cook dan Cullen, 1986). Berbagai alkohol, aldehida, keton dan ester yang mudah menguap atau atsiri terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya terdapat hanya sedikit sekali. Senyawa ini, walaupun konsentrasinya rendah, dari segi estetika dan niaga penting oleh karena peran yang diberikannya kepada citarasa dan bau makanan, bunga, parfum, dan sebagainya. Dari segala jumlah secara keseluruhan, terpenoid merupakan kandungan citarasa dan bau yang peling penting dalam tumbuhan. Senyawa trans-2-heksenal sebagian besar menjadi penyebab bau khas daun yang diremas-remas (Robinson, 1995).
Pada bagian-bagian terdahulu dijelaskan sifat larutan dari zat terlarut tak atsiri dalam pelarut cair. Konsep larutan ideal dapat diperluas dari dua atau lebih komponen, yang keduanya dapat bersifat atsiri. Larutan ideal memiliki tekanan uap yang berbanding lurus dengan fraksi molnya dalam larutan untuk seluruh kisaran fraksi mol: Pi = Xi  Pi
adalah tekanan uap (pada suhu tertentu) zat murninya i, Xi adalah fraksi molnya dalam larutan dan Pi adalah tekanan uap parsial di atas larutan. Ini merupakan generalisasi dari hukum Raoult untuk setiap komponen larutan (Oxtoby, 2001). Komponen atsiri buah dan bunga terdapat dalam jumlah yang sangat kecil sehingga diperlukan bahan awal yang sangat besar jumlahnya untuk mengisolasi senyawa yang memadai untuk diteliti.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan : distilasi, ekstraksi pelarut, dan pengaliran udara (aerasi). Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan jaringan (Robinson, 1995). Distilasi dilaksanakan dalam praktik menurut salah satu dari dua metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang akan kembali dalam bejana didih. Jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang mengalir ke atas menuju kondensor. Masing-masing, metode ini dapat dilaksanakan dalam proses kontinu (sinambung) maupun dalam proses tumpak (batch).
Proses-proses kontinu keadaan-stedi meliputi penguapan parsial satu tahap tanpa refluks (flas distilations’distilasi kilat’) dan distilasi kontinu dengan refluks (rektifikasi). Distilasi tumpak yang merupakan proses tak-stedi, penggunaannya tidaklah sejamak distilasi kontinu dan perhitungannya lebih rumit (Harriot, 1999) Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemilihan kolom. Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja tahan karat, alumunium atau gelas. (Agusta, 2000). Kondisi minyak atsiri tertentu tidak selalu dapat memberikan hasil yang memuaskan jika diterapkan pada minyak atsiri lainnya. Jadi, kondisi analisis yang cocok sangat bergantung pada komponen minyak atsiri yang akan dianalisis itu sendiri.
Minyak atsiri yang didominasi oleh senyawa monoterpara dan fenol sederhana lainnya dapat memberikan hasil yang memuaskan jika suhu kolom diprogram mulai dari 40/50 C (Agusta, 2000). Suatu cairan dapat diupakan dengan berbagai cara. Yang paling mudah memang mendidihkannya sampai semua menguap dan komposisi akhirnya sama dengan cairan asalnya. Dalam kolom distilasi, suhu menurun dengan ketinggian kolom. Komponen yang kurang atsiri mengembun dan jatuh kembali dalam labu, tetapi yang lebih atsiri terus naik ke puncak kolom masuk ke dalam kondensor air dingin, mengembun dan dikumpulkan dalam wadah penampung (Oxtoby,2001). Bila suatu campuran dua cairan yang dapat campur didihkan,uap yang lepas dari dalam cairan biasanya mempunyai susunan yang lebih daripada susunan cairan yang mendidih. Perilaku yang lazim adalah bahwa uap lebih kaya dengan komponen yang lebih atsiri.
Dengan mendidihkan sebagian dari cairan itu dan mengembunkan uapnya, campuran itu dapat dipisahkan menjadi dua bagian. Uap yang terembunkan disebut distilat (sulingan) dan lebih atsiri dibandingkan cairan aslinya.cairan yang tertinggal disebut residu dan lebih kaya akan komponen yang sukar menguap (Keenan, 1992). Distilasi cengkeh bukan suatu masalah yang mudah. Hasil maupun sifat sifat fisika kimia cengkeh sebelum dilakukan destilasi (utuh maupun ditumbuk), juga tipe alat/cara distilasi (distilasi air, distilasi air dan uap, maupun distilasi uap langsung). Bila cengkeh didistilasi utuh, maka gaya hidrofusi memegang peranan penting, dan fraksi pertama yang didistilasi khususnya eugenol (Guenther, 1990). Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan: distilasi, ekstraksi memakai pelarut, dan pengaliran udara atau aerasi.
Distilasi (atau distilasi uap) pada suhu kamar dapat menimbulkan penguraian. Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan jaringan. Jika reaksi oksidasi menimbulkan masalah, distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan Nitrogen. (Robinson, 1995). Minyak mudah menguap (atsiri) yang berasal dari bunga cengkeh dengan destilasi mengandung, sebagai konstituen utamanya adalah eugenol bebas (70-90 Persen), eugenol asetat, dan kariofillen. Meskipun bahan-bahan tersebut berjumlah sampai 99 persen dari seluruh minyak, ia bukan merupakan bahan yang dapat memberi ciri berbau buah seperti terdapat pada minyak cengkeh murni menurut penunjukkan Smith. Bukti sifat tersebut adalah membandingkan suatu campuran antara minyak cengkeh murni, eugenol asetat dan kariofillen dalam proporsi yang tepat dengan minyak cengkeh alami. Sebagai penampilan khusus perlu dinyatakan disini bahwa minyak cengkeh mengandung cukup banyak eugenol asetat sedangkan minyak gagang dan minyak daun cengkeh terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. (Guenther, 1990).
Konstituen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fendat dan eugenol yang merupakan komponen paling besar. Senyawa ini mudah diisolasi dengan NaOH dan kemudian dinetralkan dengan asam mineral. Kelompok kedua mengandung senyawa-senyawa non fenolat yaitu ß-karoifelin, a-kubeben, a-kopaen, hulumen, - kadien, dan kadina 1,3,5-trien. Semua senyawa terebut telah dapat diidentifikasi (Hardjono, 2004).

IV.      LANGKAH KERJA
a.       Proses ekstraksi
·      Memperkecil ukuran cengkeh yang akan digunakan dengan cara menggerusnya menggunakan mortar.
·      Menimbang cengkeh sebanyak 24,4 gram dam memasukkanya kedalam sifon lalu menyumbatnya dengan menggunakan kapas yang telah di padatkan.
·      Memipet larutan etanol 96 % sebnyak 150 mL ke dalam labu bundar atau labu didih.
·      Memasang rangkaian alat ekstraksi sedemikian rupa dan memasang kondensernya. Memasukkan siffon yang berisi cengkeh kedalam apparatus sohxlet.
·      Melakukan ekstrkasi sampai 2 jam sehingga memperoleh 10 siklus.
·      Menjaga suhu ekstraksi yaitu pada 78 – 800C.
·      Menyimpan dan mencatat volume hasil ekstaksi dalam labu bundar.

b.      Proses distilasi
·      Menyiapkan sampel hasil ekstraksi untuk didistilasi.
·      Merangkai alat distilasi sedemikkian rupa dan memasang kondensernya serta menyiapakan penampungan untuk destilat.
·      Melakukan distilasi kurang lebih 1 jam dengan menjaga suhunya yaitu 780C.
·      Mengamati dan mencatat saat tetesan kondensat pertama menetes.
·      Menimbang atsiri yang diperoleh.
V.         DATA PENGAMATAN
a.       Proses ekstraksi
No
Perlakuan
pengamatan
1
Menghaluskan dan menimbang cengkeh kering
Berwarna kecoklatan
2
Memipet ethanol 41 ml kedalam labu bundar
Cairan bening dengan suhu yang dingin.
3
Memasukkan siffon berisi cengkeh dalam apparatus sohxlet dan memasang labua bundar berisi ethanol dengan seperangkat alat ekstraksi lainya dengan sedemikian rupa.
Hasilnya sempuna.
4
Melakukan ekstraksi selama 2 jam
Diperoleh data siklus berikut
Menit ke-
Suhu
26
80
35
80
43
80
58
80
82
80
88
80
99
80
105
80
119
80
5
Menyimpan dan menentukan volume minyak atsiri yang diperoleh.
Diperoleh minyak atsiri sebanyak 115 mL dengan warna kecoklatan yang berbau khas cengkeh.


b.      Proses distilasi
No
Menit ke-
Distilasi
Suhu (0C)
1
0
-
-
2
10
menetes
78
3
20
Menetes
78
4
30
menetes
78
5
40
Menetes
78
6
50
Tidak menetes
78

c.       Pengolahan Data
Komponen
Jumlah
Cengkeh
24,4 gr
Pelarut
150 mL
Hasil
-     Hasil ekstraksi
-     destilat
-     Residu
-     Densitas

115 mL
83 mL (65,57 gr)
3,4 gr
0,9994 gr/mL
Berat siffon
4 gr


I.            ANALISIS PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan dapat dianalisis bahwa dalam pembuatan minyak atsiri dari cengkeh dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode pertama dengan ekstraksi dan yang kedua dengan metode distilasi atau penyulingan. Dimana metode ekstraksi adalah salah satu metode yang merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cairan dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diingingkan tanpa melarutkan materialnya.
Sedangkan distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatile) baham dalam penyulingan campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih rendah akan terlebih dahulu menguap.
Pada saat ekstraksi diperoleh 9 siklus, siklus ini terjadi ketika tinggi larutan yang terekstrak sama dengan larutan yang terdapat didalam sohxlet apparatus, dan larutan tersebut akan masuk kembali kedalam labu bundar. Siklus pertama terjadi pada menit ke – 26 dan siklus terakhir terjadi pada menit ke – 119. Hasil ekstraksi yang diperoleh senyak 115 ml dengan warna kecoklatan dan berbau khas seperti cengkeh murni.
Pada saat distilasi tetesan pertama yang jatuh kedalam penampung destilat terjadi pada menit ke – 10 pada suhu 780C , tetesan terakhir pada menit ke – 40 dengan suhu 780C, dan tidak terjadi tetesan sama sekali pada menit ke – 50. Destilat yang diperoleh sebanyak 83 ml sedangkan minyak atsiri yang diperoleh hanya 3,39769 ml, berdasarkan literatur densitas untuk cengkeh adalag 0.9994 gr/ml.
Hasil yang diperoleh sangat sedikit, hal ini dapat disebabkan oleh bahan yang digunakan untuk pembuatan minyka atsiri sudah diolah oleh pabrik, sehingga kandingan minyak didalamnya berkurang, selain itu waktu pendistilasian terlalu singkat sehingga mempengaruhi hasil minyak yang diperoleh.

 
II.         KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
a.       Suhu yang terlalu tinggi dalam proses distilasi dapat mengakibatkan tekanan dalam kolom distilasi meningkat yang dapat menyebabkan pecahnya kolom distilasi.
b.      Proses distilasi minyak atsiri pada daun cengkeh seberat 24,4 gram menghasilkan minyak sebanyak 3,97969  ml
c.       Diperoleh massa minyak atsiri cengkeh sebesar 3,4 gram dengan massa jenis minya 0,9994 gr/mol.